Warta Hub. Komisaris Jenderal Moehammad Jasin juga menjadi sosok yang sangat
berpengaruh di lingkungan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Dulu
Jasin dan Pasukan Polisi Istimewa berperan sangat besar dalam
pertempuran Surabaya November 1945. Salah satunya keberaniannya
menerobos desingan peluru musuh guna menghentikan tembak menembak.
Jasin juga yang membentuk Brigade Mobil (Brimob) atas penugasan dari Kapolri Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Dia kelak diangkat menjadi bapak Brimob.
Ketika itu, tugas utamanya adalah mengatasi ancaman keamanan dan
ketertiban, salah satunya menghadapi Agresi Militer Belanda yang
berlangsung hingga dua kali, serta teror pemberontakan Angkatan Perang
Ratu Adil (APRA) di Bandung, dan terakhir melakukan pengamanan jalan di
wilayah Jawa Barat dari ancaman gerombolan DI/TII. Jasin terus berkiprah
di polisi hingga menjabat pangkat Komisaris Jenderal.
Ada kisah menarik bagaimana Jasin merasa sangat terharu. Panglima
Legendaris Brimob itu tak bisa melupakan penghormatan yang diberikan
Prabowo Subianto padanya.
Ketika itu, Prabowo yang masih menjabat sebagai Komandan Kopassus dan
berpangkat Mayor Jenderal menghadiri HUT Polri ke-50 pada 1 Juli 1995
lalu. Kegiatan ini digelar besar-besaran oleh Kapolri Jenderal Dibyo
Widodo di Senayan, Jakarta Pusat dan dihadiri Presiden Soeharto
sekaligus inspektur upacara. Sejumlah pejabat negara, veteran, tokoh
masyarakat hingga perwira ABRI ikut hadir.
Oleh panitia, Jasin ditempatkan di Tribun C bersama perwira tinggi
ABRI dari ketiga angkatan serta Polri. Di tengah-tengah mereka juga
terdapat Prabowo dengan lokasi duduknya hanya berjarak enam deret dari
kursi Jasin.
Peringatan HUT Polri pun berlangsung hingga akhirnya menampilkan
pembangunan Polri. Di saat bersamaan, melalui pengeras suara terdengar
kalimat, “Pada 21 Agustus 1945 di Surabaya, inspektur Polisi Moehammad
Jasin turun ke jalan bersama pasukan-pasukan Polisi Istimewa yang
berbobot tempur berlaku patriotik bagi Republik Indonesia,”
Tanpa disangka-sangka, Prabowo mendekat ke kursi Jasin. Secara
spontan dan tidak masuk dalam rangkaian acara, Prabowo berdiri tegap dan
mengambil sikap hormat sempurna. Tindakan Prabowo itu kemudian diikuti
oleh hampir seluruh jenderal, Laksamana dan Marsekal yang hadir.
Melihat itu, Jasin mengaku sangat terharu. Dia mengaku tidak pernah mengharapkan perlakuan tersebut.
Kisah tersebut ditulis dalam buku ‘Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:
Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia’ yang diterbitkan Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta tahun 2010.
“Itu adalah bukti bahwa generasi muda masih menghargai generasi pejuang kemerdekaan,” kata Jasin memuji sikap Prabowo.
Salute Jendral!
Lensa Fakta . Namanya adalah Tiswan. Salah seorang guru prabowo ketika bertugas di TNI dalam hal menembak. Meski berpangkat terakhir letnan Kolonel namun sosok tiswan seperti tidak terlihat sebagai seseorang yang memperoleh kelayakan dari negara atas jasa-jasanya menjaga negeri ini. “Harusnya kalian malu kalian punya uang banyak dari mana? Kalau saya malu sama Tiswan,” ucap Prabowo. Bagi prabowo, budaya korup telah membuat negara ini menjadi rusak. Bahkan ketika dia mengatakan negara anggaran bocor, dirinyalah yang menjadi sasaran bully. Padahal jika korupsi itu bisa di tutup maka negara dapat memuliakan lebih banyak orang yang telah berjasa kepada negeri ini seperti sosok tiswan. Tiswan, kata Prabowo, sudah berapa kali kena tembak dalam medan perjuangan membela rakyat, mempertahankan republik dan sudah seharusnya mendapatkan penghormatan lebih dari negeri ini namun Tiswan ikhlas menganggap semua itu adalah pengabdian anak bangsa. Prabowo sangat hormat ke pa...
Lensa Fakta . Struggling in politics certainly needs cost. That is social reality in politics for sure. Because of this reality, not all good people can be leaders in political contestation. This is mentioned by Prabowo in a discussion with the topic “LEADERSHIP” through DIGDAYA TV live in Facebook channel. To finance a political activity is very expensive. For example is the regional general election for West Java Province. It is populated by more or less 44 than million people. It is bigger than Malaysia. Ideally the candidate of governor must visit 27 regencies around West Java, visiting each district and villages. Prabowo explained this with a serious manner. Let us imagine. Visiting each regency, city, and town, at minimum level, needs transportation cost. In additional it needs also cost for buying food and many other extra costs. Campaign is bringing people in public places. We need to give them drink such as tea, ...
Warta Hub . Jakarta – Ferry Mursyidan Baldan, Mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang era Joko Widodo-Jusuf Kalla yang juga kader Partai NasDem disebut telah bergabung ke tim pemenangan Prabowo-Sandiaga. Anggota Dewan Pakar Partai NasDem Taufiqulhadi mengungkapkan bahwa Ferry sudah lama tidak aktif di partai. Sejak diganti dari kursi menteri pada 2016 lalu, kata Taufiqulhadi, DPP NasDem telah meminta Ferry bertugas di Bappilu partai namun permintaan itu tidak mendapat respon Ferry. “Ketika Bapak Ferry dulu berhenti jadi menteri, kemudian Pak Surya ketua umum meminta bahwa Pak Ferry kembali ke partai untuk memimpin Bappilu,” kata Taufiqulhadi saat dihubungi, Kamis (30/8). “Tapi pak Ferry tidak menanggapinya dan pada saat itu beliau tidak pernah hadir lagi ke partai. Jadi dengan demikian praktis setelah berhenti jadi menteri Pak Ferry tidak pernah aktif lagi di NasDem,” sambungnya. Lebih lanjut, Taufiqulhadi mengaku tidak tahu Ferry sudah menyampaikan sikapny...
Komentar
Posting Komentar